Minggu, 02 Maret 2008

Pergi ke Rumah Nenek


Pada suatu hari pak guru saya memberi titah "Mengaranglah dengan judul pergi ke rumah nenek anak-anaaaaak!". Sepertinya Memang judul tugas mengarang paling populer semasa SD. Entah di SD yang lain. Yang saya tahu diSD tempat saya belajar 6 tahun itu (berusaha keras supaya ga lebih..) yang sepertinya alamatnya cuma bisa dijangkau sama google earth itu, -Pergi ke Rumah Nenek- selalu jadi judul yang menghiasi karangan semua teman sekelas saya. Baik bintang kelas atau pungguk yang merindukan bintang seperti saya (eh bulan harusnya ya?)

Benar-benar baru-baru ini saya mulai mempertanyakan sistem pendidikan nasional (dalam bidang mengarang aja, kalau yang lain saya bingung.Apalagi yang berhubungan dengan kurikulum yang berbasis kompetensi atau kurikulum yang berbasis potensi). Karena saya termasuk korbannya. Waktu itu dasar culun, saya nurut nurut aja. Tapi memang tugas ini sangat memberatkan. Saya ini sudah tinggal sama nenek saya sejak lahir. Lah saya mesti nulis apa lagi?. Tinggal jalan kaki 10 meter dari sekolah, sampailah saya ke rumah nenek, a.k.a rumah saya sendiri. Mau ngarang-ngarang kaya apa juga susah.

"Pembatasan imajinasi" kata batin saya sekarang. Iya dong harusnya kan semua anak berbeda. Masalahnya berbeda, yang disukai beda, seengga engga nya kalau tanpa batasan judul, karya mengarang anak anak akan jauh lebih bervariasi.

Setelah saya ingat-ingat lagi, ada suatu waktu Bapak Guru saya bertitah "Nah anak-anaaak sekarang tugas mengarangnya, mengarang bebas!" "Assiiik" kata teman-teman saya. Pulang dari sekolah (setelah melakukan aktifitas main yang jadi prioritas utama) mulailah saya mengerjakan PR mengarang bebas tadi.

Dan besoknya saya kembali ke sekolah (kaya buku KIKY) dengan tugas mengarang saya, yang dengan bangga saya beri judul -Pergi ke Rumah Nenek- . Walaaah memang terbatas imajinasi saya ini, bahkan ternyata bertahan sampai sekarang ketika mulai menulis ini dengan -Pada suatu hari-