Selasa, 29 Januari 2008

ps2

Disaat orang orang sibuk dengan x box, nintendo wii, tau ps3 nya, saya malah baru baru aja susah payah ngumplin uang buat beli ps2 (jangan ketawa,cuman selisih satu angka ko sama ps3). Sejatinya niat perburuan ps ini memang untuk membunuh waktu liburan akhir tahun kemarin. Tapi kemudian di hari hari akhir tahun itu ternyata kantor kekurangan ob kayanya, jadi ya terpaksa harus masuk. Alhasil ps itu harus mengalah. Ga mungkin bawa ps ke kantor kan?(bukan profesional, tvnya ga ada). Garansi seminggu dari penjualnya sepertinya ga terlalu berpegaruh (dimainkan saja enggak).

Dasar bukan gamers, ketika saya punya cukup waktu buat bergumul sama ps saya, ternyata semuanya tidak seindah yang dibayangkan. Diluar urusan grafis yang jauh dibawah komputer saya yang mencukupi persyaratan buat masuk museum kebudayaan prasejarah yang diawetkan itu, ternyata game game yang saya beli, susah untuk dimainkan.
Saya hanya bisa menyelesaikan 2 game ("batman begin" dengan level easy dan james bond "everythin or nothing" dengan level super easy) dari lebih dari 30 game yang ada.Lupakan "Tomb Raider Anniversary", saya sudah ada di level yang sama sejak 30 kali game over yang lalu dan tidak beranjak maju.

Berbagi sama teman kantor saya pun sudah saya lakukan. Jadi intenslah saya dan teman saya itu untuk ngomongin game game. Heboh ngomongnya aja sih, karena saya termasuk yang ga bisa main game, sementara teman saya termasuk yang ga jago. Kalau orang orang lain bisa berbagi tips dan trik, kami berdua berbagi keluh kesah.

Masih ingat benar ketika SD dulu saya hanya berkutat di game "Contra". Game tembak tembakan yang sederhana itu saja sepertinya menyita waktu saya berbulan bulan untuk menyelesaikannya (lebih seneng main layangan). Atau kalau tidak game game kecil yang bahkan ga jelas bentuk karakternya itu. Mulai dari pinguin (baca: mungkin pinguin) atau motocross yang pembalapnya kegedean helm itu (Yang keliatan cuma helm sama ban motornya). Perubahan besar di teknologi grafis yang makin rumit sayangnya (menurut saya) berbanding lurus terhadap kerumitan sebuah cerita game. Saya benar benar pingin game sederhana dengan grafis yang sekarang (a.k.a model game yang Pokoknya-hajar-aja-mati-musuhnya. Ada yang punya referensi?).

Sudah lebih dari 2 minggu yang lalu ketika terakhir saya memainkan ps di rumah, puyeng. Masa main game sama masalah hidup ko sama sama ga selesai selesai :)

dari tahun ke tahun ini

Saya tidak pernah menganggap ulang tahun adalah hal yang istimewa. Pada tanggal ini sekian tahun yang lalu saya lahir. terus?sehari setelahnya, pada tanggal ini sekian tahun yang lalu saya berumur satu hari. Hanya sebuah hitung menghitung( dimana sejak sd saya lemah sekali). Sebuah momen biasa saja yang sering terlewat begitu saja dalam hidup saya. Bahkan saya tidak pernah merasa iri ketika ulang tahun adik saya selalu dirayakan dengan pesta. Tapi ternyata hari ini, saya tertawa ketika mencoba mengingat momen ulang tahun saya yang tidak seberapa itu. Hanya sedikit yang saya ingat atau sepertinya memang hanya sedikit yang saya punya.

5/6 tahun (saya lupa) : Mengundang semua teman teman saya untuk dateng ke rumah merayakan ulang tahun saya. Semua tampak sempurna sampai saya baru dikasih tahu kalau megundang semua teman saya itu (yang tentu saja bersama bawaan mereka yang bernama orang tua), ibu saya harus tau lebih dulu. Tidak ada persiapan apapun di rumah (lupakan balon atau topi ulang tahun, makanan pun tidak) tapi saya merasa tidak berdosa.

16 tahun : Menuju bebeng.(ulang tahun atau tidak saya sering sekali kesini.Suatu daerah di kaliurang,di bawah gunung merapi, berupa bukit dan ngarai sungai yang kering) Di tengah malam bersama banyak teman dan gagal memasak apapun disana (semua ayam yang kita bawa dimasak setengah hati dan berhasil setengah matang, tapi dimakan habis tidak setengah setengah, barbar sekali)

17 tahun : Dosa saya terbesar dalam hal ulang tahun ini adalah, bahkan saya tidak ingat berada dimana ketika saya berumur tepat 17 tahun.

20 tahun : Dipaksa rapat di hall kampus malam malam (setelah ada acara kampus), dengan isi acara, mandi air teh manis dengan tambahan beberapa rempah macam tepung adonan yang diracik lebih dari 20 orang.

21 dan beberapa tahun acak lainnya: berdua bersama pacar saya (keluarga saya sering lupa)

22 tahun :Karena sering ngomong sendiri di radio,dan sering bikin iklan clubnya, saya disponsori pallmall (kemana perginya rokok ini ya?) untuk merayakan ulang tahun di sebuah club (sungguh saya tidak se ngetop itu). Saya menentukan sendiri temanya, isi acaranya, undangannya(banyak sekali sampai saya titipkan ke siapapun) dan dressodenya.Hasilnya? meriah sekali!! meriah dengan orang-orang yang tidak saya kenal.

27 tahun : Bersama semua teman kantor makan siang di bulungan, untuk merayakan ulang tahun teman saya, yang tanggal lahirnya sama (saya ikut bahagia)

28 tahun : menulis dan mengucap dalam hati "doakan saya ya teman.."

tribute buat kampung sapen dan komplek iain

Saya sudah menghadapi permasalahan kepribadian yang pelik sejak saya kecil. Ya mungkin tidak seserius itu juga. Ditempat saya tinggal dulu, sudah terdapat blok blok pemukiman. Daerah komplek dan daerah perkampungan. Secara geografis kebetulan rumah saya bersanding dengan daerah komplek. Secara administratif, ya saya ini termasuk anak kampung RT 24 RW 07 itu.

Bermain yang menjadi kegiatan paling penting saat itu dan happening kalo kata orang orang sekarang, menjadi masalah buat saya (yang tentu saja baru lebih saya sadari setelah besar). Ada dua kelompok anak-anak yang sama-sama sebaya. Tentu saja mereka itu anak anak komplek, dan anak-anak kampung. Saya mesti main sama siapa? bersama anak komplek, saya bukan bagian dari anak anak dosen yang punya rumah dinas disitu, main sama anak kampung, mereka menganggap saya ajaib karena berbahasa indonesia sama ibu saya, (semuanya berbahasa jawa waktu itu)

Gambaran ekstremnya kelompok kelompok ini tercermin kalo kita perang perangan, bener bener seperti serbuan serius. pake mengintai berjam jam, kadang kadang sampai malem, dan meninggalkan bekas luka sampai sekarang buat saya di tangan kanan (untung yang dipelipis bisa ilang) karena terjun dengan bebas ke selokan kering pas malem malem (gelap banget dan saya tidak nangis waktu itu, gengsi, lagi perang soalnya.) Yang terjadi adalah seringkali saya harus menyeberang di dua kelompok tersebut berganti gantian dan mengorbankan kepribadian saya yang harus mau tidak mau juga berganti ganti. Seperti leonardo di caprio di the departed (maunya). Waktu perang perangan itu saya berada di barisan anak anak komplek yang sudah sejak siang mrencanakan penyergapan. Satu penyergapan ke anak anak yang harusnya saya bela (ciee). Itulah anehnya, jika dua kelompok ini berseteru (baik yang beneran atau dalam skala permainan), saya selalu berada di barisan anak komplek dan anak anak kampung terlihat rela (mungkin kontribusi saya emang tidak berpengaruh). Seperti halnya perang perangan, setiap tanding bola saya juga selalu jadi penyerangnya kelompok komplek (bisa jadi karena anak komplek memang tidak sebanyak anak kampung, jadi orangnya kurang terus)

Agak aneh memang kalo dipikirkan sekarang, karena ternyata memang dua kelompok yang saya gauli waktu kecil itu punya kecenderungan bermain yang berbeda. Di urusan jenis permainan, disaat saya mulai hobi filatelli bersama anak komplek, (menurut versi kami waktu itu ngumpulin sembarang prangko adalah filateli dan kami sudah membahas betapa design prangko repelita nya orde baru sudah ketinggalan jaman, bener!!), bersama anak anak kampung saya mulai ngumpulin layangan berbagai macam corak lewat lari larian tiap sore (seringkali kemudian saya beli aja, karena saya selalu kalah heboh rebutannya). Ketika saya menjadi presiden di sebuah negara (waktu itu saya dan teman teman komplek itu memilih satu negara di ensiklopedi punya ayah salah satu teman saya, menggambar benderanya dan mengibarkannya seolah olah itu adalah negara kami sendiri. Saya memilih sebuah negara di afrika hanya karena desain benderanya bagus menurut saya), bersama anak anak kampung, saya jadi raja lengkap dengan permaisurinya dengan mahkota dari daun pohon nangka yang berkerajaan dilapangan berdebu samping rumah saya, plus flirting-flirting sama permaisuri gaya anak SD. Kesukaan membaca saya (tentunya bukan buku pelajaran) sepertinya dipicu oleh perpustakaan gabungan yang saya punya bersama anak anak komplek. (saya menyumbang bukunya paling sedikit). Majalah ananda, kawanku(dulu majalah anak-anak),HAI (dulu banyak komik bergambarnya) deni manusia ikan, gareng petruk, dan bahkan majalah Trubus (bener bener sering saya baca)jadi koleksi yang kami baca hampir setiap hari, sementara di kelompok yang lain saya bahkan tidak pernah pegang buku (kecuali juz'amma yang diwajibkan untuk dibawa oleh salah satu mahasiswa IAIN yang brinisiatif mengajarkan kami(anak anak kampung) untuk mengaji, (yang mungkin prihatin sama kelakuan kami).

Showbiz sudah saya kenal sejak kecil, sekarang mungkin showbiz sudah lupa sama saya, sudah lama tidak ketemu sepertinya. Saya tau duran-duran karena kakak teman saya yang dikomplek sering muter lagunya dan punya banyak posternya, dan disaat bersamaan saya tau pasti lirik isabellanya amy search yang sering diputer sama tetangga saya yang di RT 24. Saya sudah bikin spot radio sendiri terinspirasi Pierce brosnan's Remington Steele (hebat ya referensi saya waktu kecil) dengan merekam (pakai kaset bekas) sound effect dadakan (mulai dari langkah sepatu sampai suara tembakan) dan saya memaksa jadi talent voice overnya (walaupun sehabis itu saya diprotes habis habisan sama teman teman komplek saya, karena ketika harusnya saya bilang "Jangan bergerak!!" menurut teman teman saya, lafal saya seperti bilang "Combro!!" ). Sementara di kehidupan saya yang lain bersama anak kampung, saya pakai referensi film Tarzan, untuk bergelayutan di akar gantung pohon beringin depan PJKA, sebuah bengkel kereta api yang didepannya memang banyak pohon beringin besar.
Saya punya teman komplek yang suka dengan ikan koki dan mulai merencanakan punya pembudidayaan ikan sendiri bersama saya (dengan pemikiran sederhana tentu saja), setelah beberapa waktu sebelumnya saya berkubang di got got pinggir rel kereta untuk mencari ikan gupy sekaligus memasang paku di rel supaya bisa gepeng dan jadi pedang pedangan.


Di urusan kesalehan kanak kanak, saya bisa shalat tarawih bersama anak komplek di masjid deket rumah dan di hari ke 11 ramadhan saya sudah main petasan di luar mesjid bersama anak kampungnya. Masih ingat benar ketika saya dan salah satu teman komplek saya membeli banyak lifebuoy (finasial di dukung oleh ibunya teman saya) di warung deket rumah hanya karena ingin dapat buku superman supaya bisa kita warnai rame rame, dan di warung yang sama, saya ngemplang bakpia kumbu kacang hitam satu bungkus seharga 150 rupiah, setelah merencanakan pengemplangan ini bersama temen kampung saya (saya modali 150nya untuk beli bakpia yang pertama dan hasilnya dibagi rata,yang artinya saya rugi sebenernya). Demi gengsi kenakalan anak anak kampung, saya juga melakukan budaya menukar sandal di masjid. Bodohnya saya, bahkan sendal yang saya tukar seringkali lebih jelek dari yang asli punya saya (eyang saya pernah bertanya tentang sendal yang dia belikan untuk saya, yang tentu saja sudah sukses saya tukar di masjid dengan sandal jepit lebih buluk ini). Sementara bersama anak komplek saya bahkan tidak pernah mendobel jatah ta'jilan berbuka puasa.


Bukan baik dan buruknya yang saya ingin bagi, tapi memang kedua kelompok bermain ini memberi saya banyak warna, yang tidak akan pernah saya sesali. Laiknya teori dan praktek,lebih baik kalau tau dua duanya. Saya tau gimana bentuk buah coklat yang sesungguhnya (bukan lagi saya liat di Trubus) karena saya pernah memetiknya di pinggir sungai Opak (punya orang lain, a.k.a kalau ketauan akan disambit) bersama teman anak anak kampung saya. Dan sebaliknya saya bisa membahas mekanisme papan reklame di pinggir lapangan bola yang bisa berganti ganti (waktu itu masih baru) di rumah teman saya yang di komplek sementara saya main bola sambil hujan hujanannya bersama anak kampungnya dan tentu saja tanpa memikir reklamenya. Ah dua dunia berbeda yang harus saya jalani di masa kecil saya yang sebentar itu. Mungkin itu juga yang membuat saya sekarang jadi orang iklan yang ingin sekali menyeberang ke client side (saya tau, alasan yang dipaksakan)

Masih ingat dulu sekali ketika teman kompleks saya yang sekarang jadi dosen informatika di UGM bertanya " kenapa ya ko semua resleting yang kita pakai ini mereknya YKK,? sebuah pertanyaan yang terlalu berat dan untuk saya waktu itu yang kemudian saya hanya bisa ngecek resleting saya sendiri dan dalam hati bilang " o iya ya.." . Saya memang baru bisa jawab setelah hampir 20 tahun kemudian " oh itu market leader" . oalah andai saya bisa langsung jawab waktu itu..memang anak kampung saya ini..

akhirnya dimulai

Awalnya saya agak alergi buat nulis blog. "Seperti buku diary" pikir saya. Bukan saya sok macho, tapi waktu SMP saya punya buku diary dan bahkan saya ga tau mesti nulis apa (mungkin karena lebih sibuk liat liat centerfoldnya playboy sama stensilannya ea yang jadi best seller jaman itu ). Jadinya mubazir aja.

Jadi ketika urusan blog ini heboh beberapa tahun lalu, saya tidak ikut kehebohannya. Dasar ga ngerti, akhirnya saya menyalahgunakan blog ini buat memajang karya kolektif saya bersama teman- teman. Saya bilang menyalahgunakan karena isi blog saya ini hanya iklan! ga ada yang lain. Iklan iklan yang menurut saya, saya ambil bagian didalamnya, yang menurut orang lain pasti dipertanyakan. Kalo ada fotonya yang motret bukan saya, yang mengolah foto dari mentah sampai jadi juga bukan saya, apalagi kalo ada 3D nya sama sekali saya ga ikut ngeklik sedikitpun, mau naik cetak juga bukan saya yang bikin final artworknya (jadi kalo dipikir pikir saya ini jobless sebenernya).

Disaat saya bersama pacar menonton TV beberapa waktu lalu (nonton sinetron seri yang sedang marak,yang bintang utamanya dapet award, uh.. betapa up to date nya saya), tiba tiba spot iklan bermunculan. Protes pun berdatangan. "Duh apaan sih iklan terus" kata pacar saya. Deg! batin saya. Wah iklan yang 60 detik aau 30 detik itu menurut saya bikin dan mikirnya jauh lebih ribet dibanding sinetronnya sendiri yang 60 menit yang sudah masuk episode 30 itu. (tidak semua semua juga si, banyak iklan yang tastenya jauh lebih rendah dari sinetron). Jadi, saya dan yang membuat sinetron itu sama-sama memperburuk nasib bangsa. Di dua bidang ini(sinetron dan iklan) punya pola yang sama. Yang bener bener bagus hanya setitik, yang buruk benar benar sebelanga.

Saya jadi mikir mikir abis itu, iklan kan sejatinya masuk ditengah tengah medium yang dinikmati orang. Seperti sinetron misalnya. Ketika berada di tengah tengah medium itu saja iklan sudah begitu menyebalkan, bagaimana kalo ga ada mediumnya sama sekali?. Seperti blog saya ini, yang isinya iklan aja. Dengan semangat yang sama untuk memberi iklan iklan yang ada di blog saya itu sebuah medium, saya nekat untuk menulis (saya ga bisa sulap jadi nulis aja). Tentu saja dengan cita cita semoga bisa sedikit lebih punya bobot daripada sinetron. Doakan saya.


undangan inno

Siang itu ketika saya lagi bergaya mikir (padahal lagi konsen sama i tunes saya yang playlistnya itu itu aja) di kubikel 2mx 2m tempat saya hidup sehari hari, tiba tiba handphone di meja bergetar dan membahanalah suara teman wanita saya di seberang sana " Agnis !! gw mau merit!!"

Waduh kaget bgt saya waktu itu hilang konsen saya di itunes itu. Bukannya apa apa, setahu saya teman saya itu ga intens sama yang namanya pacaran. Waktu masih satu kantor, hampir setiap hari dia sama saya di kantor sampe malam dan seringkali sampe pagi. Bukan karena rajin, tapi memang team saya kerjanya lambat. Saya tahu dia punya pacar, tapi dari curhat colongan kita berdua shari hari itu, susah bagi saya untuk percaya bahwa tiba tiba dia akan merit. Waktu itu sepertinya merit jauh dari deket. Gimana sih? pokoknya begitu.

Ngobrol sebentar dan keluarlah "inti permasalahan sebenarnya". " Nis bikinin gw undangannya dong". "Duh" kata saya "kenapa gw yg bikin?". " Iya nis soalnya gw tau bgt gaya lo, trus kayanya cuman lo deh yang mau". "Asem" kata saya, alasan terakhir lebih masuk akal sepertinya. Tapi ya sudahlah temen saya ini.

Baru setelah telpon ditutup, saya baru sadar (tingkat kesadaran saya memang berkurang kalo ada di kubikel) lah temen saya tadi kan graphic designer. Kalo cuman buat grafis grafis dengan style tertentu kan dia lebih jago buat cari angle daripada saya yang ngakunya art director ini tapi selalu bingung sama kerning. Saya telpon balik (ketauan kan kalo saya memang kurang kerjaan) untuk protes kenapa teman saya tadi ga bikin sendiri aja undangannya.

Tidak lama kemudian saya memang harus mau ga mau menyadari bahwa titah membuat undangan ini adalah nasib saya. Pacar teman saya itu seorang fotografer. Tau design, tau art dan jadinya kalau ngobrol soal undangan sama teman saya yang graphic designer itu langsung jadi. Langsung jadi berantem maksudnya. Karena itulah mereka memutuskan untuk mengambil lembaga independen buat bikin undangan ini. "padahal lembaga independen kan harus kapabel ya?" kata saya dalam hati.

" Nah nis cowok gw maunya bergaya tradisional dan gw maunya bergaya vintage gitu, nah lo gabung deh" . Waduh tobat saya dengernya. Belum selesai otak saya menelaah gimana jadinya nanti undangan ini. Teman saya tadi menelepon lagi "Eh nis baju pengantin sama konsep pre wed gw tuh berbaju hitam dan ada nuansa goldnya nah lo gabung deh " . Duh duh gabung lagi.

Pasti akan sangat susah kalau semua yang terlibat dalam event per wedding an ini , punya suara yang sama kuat dan berpengaruh. Belum lagi kalau ternyata nanti ibu teman saya tadi yang tinggal di thailand itu bilang " wah dek Agnis lebih baik undangannya pake gambar gajah ya, biar mencerminkan suasana thailandnya "
Yang ada saya akan buat gambar gajah pake lurik biar tradisional, sambil naik vespa biar vintage, na nuansa hitam sama goldnya saya pasang aja foto teman saya dan pacarnya itu lagi dorong gajahnya. Selesai.

Dari carut marut perundang undangan inilah yang membuat saya semakin mantap dengan resolusi saya, bahwa saya akan buat undangan merit saya nanti sendiri, dan tidak boleh ada yang protes walopun jadinya seperti apapun. Saya akan rela ganti baju 7 kali pas resepsi, Saya akan rela mandi kembang 7 rupa. saya juga akan nurut kalo ibu saya bilang pagar ayu harus berbaju hijau dengan konde tusuk 3 dan mertua saya bilang bahwa pager bagusnya harus berbaju merah ngejreng dan berkumis. Saya akan cari solusi kalau seandainya ibu dan mertua saya dandannya ga mau di salon yang sama, atau bapak saya mau kerisnya lekuk 7 dan bapak mertua saya maunya pakai mandau. Tapi tidak di undangan. Ini kan pernikahan saya, masa saya tidak punya kuasa apapun walaupun setidak tidaknya terhadap satu "hal kecil" ini.

Suatu malam di perjalanan sama pacar saya, setelah saya berbagi resolusi saya ini, pacar saya hanya bertanya. " Bener kamu ga mau di ganggu gugat soal undangan ini?" Bener" kata saya. "Walaupun papa ak yang minta ? trus malah ga jadi boleh merit?" katanya. Saya mulai mikir mikir "Ah..saya memang tidak punya kuasa.."

Sudah tiga minggu yang lalu saat teman saya itu menelepon, dan belum satu garis pun saya buat hingga saat ini..tolong..