Jumat, 12 Desember 2008

"The contract" (to be miserable for almost two hours long)

Belum pernah saya merasa begitu keselnya nonton sebuah film (lupakan Terowongan Casablanca, Dunia lain the movie dan saudara saudaranya. Itu bukan film). The contract, film yang terakhir saya tonton seperti memberi pengalaman traumatis. Sungguh. Itulah kenapa saya menulis ini. Saya tahu itu karya orang lain, saya ga bisa bikin film, apalagi main film seharusnya saya ga punya wewenang buat komentar. Tapi tunggu dulu, saya bayar untuk tiketnya. Uang 50.000 saya, suka atau tidak suka akan menambah penghasilan film itu. Kalau saya nontonnya di dvd bajakan, na mungkin saya sama sekali tidak berhak buat ngomel.

Premisenya luar biasa. Morgan Freeman dan John Cusack ada didalamnya. Berdasarkan tagline nya saya tahu ini tentang pembunuh bayaran. Judulnya the contract (pasti intrik intrik rumit sudah diangan-angan). Poster filmnya, digarap serius. cuma latar belakang hitam dan muka Freeman dan Cusack membuat saya susah berfikir bahwa ini film yang corny. (padahal corny aja lumayan gurih)

Film yang saya harapkan jadi luar biasa, ternyata bahkan tidak bisa mencapai sekedar standar. Banyak sekali lemahnya. Saya berusaha objektif untuk mengekspos bagusnya juga. Sayangnya susah nemunya. Kecuali adegan awal Freeman mengeksekusi korban pertamanya. Saya akan terus menggunakan nama asli Freeman dan Cusack karena saya bahkan lupa nama karakternya.

Cusack adalah Bapak seorang anak yang bermasalah dengan hubungannya dengan anaknya, dan Freeman adalah pembunuh bayaran yang selalu berhasil menjalankan misinya. Dalam Kecelakaan mobil, Freeman tertangkap dan berusaha dibebaskan oleh anggota gengnya. Polisi yang mengawal Freeman dibunuh dalam usaha ini, yang sebelumnya bertemu Cusack dan anaknya (yang akan camping dalam rangka memperbaiki hubungan) dan menyerahkan Freeman untuk mereka kawal menuju ke polisi. Kejar kejaran digunung yang sering gelap dimulai, dan serasa tak akan pernah berakhir (diucapkan dengan nada negatif)

Lupakan akting Freeman dan Cusack yang tidak bisa membuat saya percaya dengan peran yang mereka mainkan, itu mungkin faktor terbaiknya. Sejak pertama anak Cusack mengucapkan kalimat pertamanya, si anak sudah kehilangan kepercayaan saya bahwa dia bisa akting. (Dan ternyata benar benar menghantui saya sepanjang film). Karakter anggota geng yang lainnya pun setali tiga uang. Sekali lagi susah untuk percaya bahwa mereka adalah anggota pembunuh bayaran tingkat tinggi.

Itu soal karakter. Di segi cerita, tidak cukup alasan bagi Cusack untuk mau terlibat dan menyusahkan diri mengawal pembunuh bayaran ke polisi padahal dia dengan sangat mudah bisa tidak menerima dan pergi begitu saja (Freeman tidak menunjukkan gelagat sedikitpun dapat mencelakai mereka kalau mereka memilih pergi begitu saja).

Sebagai pembunuh bayaran yang terlatih , Freeman sudah pasti banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk lolos dari kawalan Cusack dan anaknya. (c mon, dengan karakter selemah Cusack dan pistol sedekat itu bahkan saya merasa bisa menggagalkan kawalan ini). Anggota gengnya pun serasa susah untuk mengejar mereka. Padahal salah satunya adalah pelacak terlatih yang dilatih langsung oleh suku aborigin, dan penunjuk jalan buat Cusack adalah anaknya yang kebetulan pernah camping di daerah itu. (Waduh ini sih serasa pake GPS harusnya).

Satu adegan aneh yang ada adalah ketika Cusack merobohkan jembatan kayu yang habis mereka lewati. Dan kemudian ketika pengejarnya sampai, toh mereka bisa menyeberang daerah itu tanpa jembatan (what the)

Konflik cerita sebenarnya dibuat supaya cukup rumit (atau seolah olah rumit.Melibatkan presiden amerika!, multi million dollar businessman dan masa sih? kata batin saya). Tapi dengan pembahasan yang setengah-setengah dan tidak menawarkan sesuatu yang baru, hanya menguatkan bahwa film ini hanya kejar-kejaran di gunung. selesai. One-linernya tidak lucu (atau hampir lucu, but then again almost doesn't count). Siapa sih yang akan bilang "Where do you learn to fly this thing? Disneyland?" setelah heli yang ditumpanginya jatuh? Tuh kan hampir lucu. Suspense nya tidak cukup memikat, CGInya buruk, dan "hoaaaaaahhm" , bahkan saya ngantuk nulisnya.

Tapi ada satu titik dimana saya tidak lagi menyalahkan Bruce Beresford (director). Ada satu adegan dimana Cusack berbicara dengan rekannya (karakter baru yang ada di tengah tengah film sebagai penambah one-liner yang hampir lucu itu tadi, yang kalau saya bahas kelamaan).

Kira kira dialognya gini



Cusack : "So what do you do for a living?"
Woman (saya lupa namanya) : " oh,i'm making tv commercial"
Cusack : "That's Great"
Woman : Have you ever met advertising people?
Cusack : "No, why?"
Woman : "They're the worst"

Seperti menjawab kalo ada yang komplain kalo filmnya buruk,  "the contract" dengan poster film yang ciamik, tagline yang memikat ("every killer has they're rival" gitu-gitu deh), dan pencitraan bintang utama yang luar biasa,(yang semuanya notabene merupakan media iklan komprehensif) membuat saya menyia-nyiakan waktu dan membeli produk (baca : tiket) yang bahkan saya tidak bisa nikmati

Dan sekarang waktunya saya menampar diri sendiri (yang ngakunya tukang iklan), karena telah memuja muji dengan segala alternatif media, produk (yang mungkin biasa saja) yang saya jual. (maafkan saya, sungguh..saya akan berusaha lebih jujur) Dan bukan salah Beresford kalo dia bikin film jelek, saya akan menyalahkan orang yang mencitrakan persepsi luar biasa terhadap "the contract" .(eh menyalahkan saya juga, karena kurang referensi)

Tidak ada komentar: