Jumat, 22 Mei 2009

Dijamin, cuma pendapat saya asli


Dijamin Mesir Asli. Wets! langsung saya menginjak rem memperlambat laju mobil, jangan jangan saya salah lihat. Ternyata engga ko. Memang tulisannya begitu : Dijamin Mesir Asli. 


Lewat jalan sekitar Plaza Senayan pasti akan mudah lihat poster film yang satu ini. Ketika Cinta Bertasbih. Begitu judul filmnya. Saya si ga masalah dengan elemen yang lain lain (standar aja seperti film2 pada umumnya). Cuman sama statement "Dijamin mesir asli" ini aja yang membuat saya mikir berkepanjangan. 


Teman saya bilang  "oo itu kan menjawab film Ayat-Ayat Cinta yang shootingnya ga beneran di Mesir tapi di india atau gimana gitu" 


Saya cuma manggut-manggut sambil ngelamun. Lah hubungannya ma filmnya apa ya? yang penting kan pencitraannya bener. Yang penting pemirsa, baca:moviegoers kan nangkepnya oo ini di mesir. Kecuali kalo kita nampilin piramid  buat film "American Gangster".  Kalau kata orang pinter bilang : It's not what you say, but what your audience get.


Kalau gitu kasihan banget dong film "300"nya Zack Snyder, secara semua latar lingkungannya palsu a.k.a pake green screen. Shootingnya juga cuman muter muter dalem studio. Jangan-jangan Jude Law sama Gwyneth Paltrow malu sama film "Sky Captain and The World of Tomorrow" mereka. La wong  ga ada satu bendapun yang asli kecuali manusianya. atau "Jarhead"nya Jake Gyllenhaal juga jadinya ga asik dong ya, untuk sebuah film tentang perang di Iraq, film ini ngambil gambarnya di California ama Mexico. Ga asli banget kan?


Mungkin "dijamin mesir asli ini" emang sudah di survei dan nanti dampaknya signifikan terhadap hasil jualan tiket, saya tidak tahu pasti. Saya cuma merasa sayang kalo nanti ternyata banyak hal dalam film ini yang bagus dan lebih layak ekspos. 


Saya cuma membayangkan, Kalo tim "Ketika Cinta Bertasbih" ini juga membuat film "The Curious Case of Benjamin Button" jangan-jangan nanti ditulis juga" Dijamin Tua Asli". Lama dong bikin filmnya.






Jumat, 12 Desember 2008

"The contract" (to be miserable for almost two hours long)

Belum pernah saya merasa begitu keselnya nonton sebuah film (lupakan Terowongan Casablanca, Dunia lain the movie dan saudara saudaranya. Itu bukan film). The contract, film yang terakhir saya tonton seperti memberi pengalaman traumatis. Sungguh. Itulah kenapa saya menulis ini. Saya tahu itu karya orang lain, saya ga bisa bikin film, apalagi main film seharusnya saya ga punya wewenang buat komentar. Tapi tunggu dulu, saya bayar untuk tiketnya. Uang 50.000 saya, suka atau tidak suka akan menambah penghasilan film itu. Kalau saya nontonnya di dvd bajakan, na mungkin saya sama sekali tidak berhak buat ngomel.

Premisenya luar biasa. Morgan Freeman dan John Cusack ada didalamnya. Berdasarkan tagline nya saya tahu ini tentang pembunuh bayaran. Judulnya the contract (pasti intrik intrik rumit sudah diangan-angan). Poster filmnya, digarap serius. cuma latar belakang hitam dan muka Freeman dan Cusack membuat saya susah berfikir bahwa ini film yang corny. (padahal corny aja lumayan gurih)

Film yang saya harapkan jadi luar biasa, ternyata bahkan tidak bisa mencapai sekedar standar. Banyak sekali lemahnya. Saya berusaha objektif untuk mengekspos bagusnya juga. Sayangnya susah nemunya. Kecuali adegan awal Freeman mengeksekusi korban pertamanya. Saya akan terus menggunakan nama asli Freeman dan Cusack karena saya bahkan lupa nama karakternya.

Cusack adalah Bapak seorang anak yang bermasalah dengan hubungannya dengan anaknya, dan Freeman adalah pembunuh bayaran yang selalu berhasil menjalankan misinya. Dalam Kecelakaan mobil, Freeman tertangkap dan berusaha dibebaskan oleh anggota gengnya. Polisi yang mengawal Freeman dibunuh dalam usaha ini, yang sebelumnya bertemu Cusack dan anaknya (yang akan camping dalam rangka memperbaiki hubungan) dan menyerahkan Freeman untuk mereka kawal menuju ke polisi. Kejar kejaran digunung yang sering gelap dimulai, dan serasa tak akan pernah berakhir (diucapkan dengan nada negatif)

Lupakan akting Freeman dan Cusack yang tidak bisa membuat saya percaya dengan peran yang mereka mainkan, itu mungkin faktor terbaiknya. Sejak pertama anak Cusack mengucapkan kalimat pertamanya, si anak sudah kehilangan kepercayaan saya bahwa dia bisa akting. (Dan ternyata benar benar menghantui saya sepanjang film). Karakter anggota geng yang lainnya pun setali tiga uang. Sekali lagi susah untuk percaya bahwa mereka adalah anggota pembunuh bayaran tingkat tinggi.

Itu soal karakter. Di segi cerita, tidak cukup alasan bagi Cusack untuk mau terlibat dan menyusahkan diri mengawal pembunuh bayaran ke polisi padahal dia dengan sangat mudah bisa tidak menerima dan pergi begitu saja (Freeman tidak menunjukkan gelagat sedikitpun dapat mencelakai mereka kalau mereka memilih pergi begitu saja).

Sebagai pembunuh bayaran yang terlatih , Freeman sudah pasti banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk lolos dari kawalan Cusack dan anaknya. (c mon, dengan karakter selemah Cusack dan pistol sedekat itu bahkan saya merasa bisa menggagalkan kawalan ini). Anggota gengnya pun serasa susah untuk mengejar mereka. Padahal salah satunya adalah pelacak terlatih yang dilatih langsung oleh suku aborigin, dan penunjuk jalan buat Cusack adalah anaknya yang kebetulan pernah camping di daerah itu. (Waduh ini sih serasa pake GPS harusnya).

Satu adegan aneh yang ada adalah ketika Cusack merobohkan jembatan kayu yang habis mereka lewati. Dan kemudian ketika pengejarnya sampai, toh mereka bisa menyeberang daerah itu tanpa jembatan (what the)

Konflik cerita sebenarnya dibuat supaya cukup rumit (atau seolah olah rumit.Melibatkan presiden amerika!, multi million dollar businessman dan masa sih? kata batin saya). Tapi dengan pembahasan yang setengah-setengah dan tidak menawarkan sesuatu yang baru, hanya menguatkan bahwa film ini hanya kejar-kejaran di gunung. selesai. One-linernya tidak lucu (atau hampir lucu, but then again almost doesn't count). Siapa sih yang akan bilang "Where do you learn to fly this thing? Disneyland?" setelah heli yang ditumpanginya jatuh? Tuh kan hampir lucu. Suspense nya tidak cukup memikat, CGInya buruk, dan "hoaaaaaahhm" , bahkan saya ngantuk nulisnya.

Tapi ada satu titik dimana saya tidak lagi menyalahkan Bruce Beresford (director). Ada satu adegan dimana Cusack berbicara dengan rekannya (karakter baru yang ada di tengah tengah film sebagai penambah one-liner yang hampir lucu itu tadi, yang kalau saya bahas kelamaan).

Kira kira dialognya gini



Cusack : "So what do you do for a living?"
Woman (saya lupa namanya) : " oh,i'm making tv commercial"
Cusack : "That's Great"
Woman : Have you ever met advertising people?
Cusack : "No, why?"
Woman : "They're the worst"

Seperti menjawab kalo ada yang komplain kalo filmnya buruk,  "the contract" dengan poster film yang ciamik, tagline yang memikat ("every killer has they're rival" gitu-gitu deh), dan pencitraan bintang utama yang luar biasa,(yang semuanya notabene merupakan media iklan komprehensif) membuat saya menyia-nyiakan waktu dan membeli produk (baca : tiket) yang bahkan saya tidak bisa nikmati

Dan sekarang waktunya saya menampar diri sendiri (yang ngakunya tukang iklan), karena telah memuja muji dengan segala alternatif media, produk (yang mungkin biasa saja) yang saya jual. (maafkan saya, sungguh..saya akan berusaha lebih jujur) Dan bukan salah Beresford kalo dia bikin film jelek, saya akan menyalahkan orang yang mencitrakan persepsi luar biasa terhadap "the contract" .(eh menyalahkan saya juga, karena kurang referensi)

Selasa, 08 Juli 2008

Tiba-tiba saya benci hujan

Bau tanah yang kena air hujan seringkali membuat saya bahagia. melihat air turun dari langit atau hanya sekedar memandangnya dari beranda membuat saya tergila-gila. Teman saya pernah bilang "wah hujan itu bikin gw jadi mellow" tah apalah artinya itu. Satu yang jelas dulu saya sering tiba tiba menyeduh kopi, menenteng gitar dan nangkring di beranda rumah (yang masih banyak sawahnya) setiap hujan tiba. (padahal saya jarang sekali ngopi dan hanya bisa kunci G setiap main gitar).

Sejak kecil mandi air hujan itu wajib (sewajib dimarahi ibu saya setelahnya). Atau diguyur hujan semalaman setiap diatas gunung itu menyenangkan (walaupun terasa menyenangkannya setelah seminggu sesudahnya).

Tapi sekarang semuanya sudah ga sama lagi. Selain saya benci karena setiap scene sinetron pasti ada hujannya (mbo'ya pake payung mba), hujan membuat saya deg degan. Banjir besar tahun kemarin yang membuat rumah-rumah di belakang tempat saya tinggal terendam, membuat saya tidak punya air bersih tersedia. Saya tau penderitaan saya ga seberapa dibanding rumah yang tenggelam. Tapi cukup bikin senewen berhari-hari (mandi dikantor berhari-hari, padahal kantornya diliburkan). Setiap hujan, walaupun hanya rintik rintik diatas genting, selain membasahi pohon dan kebun, pasti sukses bikin macet luar biasa. Apalagi rute kantor saya yang sialnya harus lewat Tanah Abang. Sabar ga boleh ada batasnya.

Puncak kekesalan saya terjadi belum lama. Seorang sahabat masa sekolah mengundang saya ke resepsi pernikahannya di masjid sunda kelapa. Sejak sebulan sebelumnya saya sudah mantap buat datang. Ga peduli datang sendiri atau sama siapapun saya akan datang. Tepat disaat saya siap-siap, tiba tiba hujan deras sekali. Saya tetap nekat berangkat. Sukses keluar gang senggol kosan saya, ternyata belum seberapa. Didepan saya, genangan air sudah tinggi banget. Merasa ga make range rover, saya tahu diri, terpaksa lah putar balik ke kosan lagi (dengan susah payah). Sumpah pengen nangis rasanya. Jadi manusia di jakarta ni ko ga berdaya sekali.

Cuma bisa nunggu hujan dan beraharap got jalan raya lebih befungsi, saya ngedumel sendiri di parkiran kosan. Untung tak dapat dinyana, tiba-tiba hujan mereda dan saya yakin bisa cari jalan alternatif yang lebih bisa dilewati bukan mobil amfibi. Beban mental selama perjalanan (Kuningan kan suka banjir) terbayar di resepsi (yah setidaknya teman saya masi kenal). Prosesi salam salaman membawa saya menghadap orang tua teman saya. " Ko nak agnis dateng sendiri aja?" kata mamanya. Batin saya bilang yah sendiri aja sudah sebegitu repotnya, kalo berdua, ga cuma beban mental banjir, pasti ditambah prahara telat jemput, kebaya basah, plus make up luntur. Saya benci hujan (hanya di jakarta)

Minggu, 02 Maret 2008

Pergi ke Rumah Nenek


Pada suatu hari pak guru saya memberi titah "Mengaranglah dengan judul pergi ke rumah nenek anak-anaaaaak!". Sepertinya Memang judul tugas mengarang paling populer semasa SD. Entah di SD yang lain. Yang saya tahu diSD tempat saya belajar 6 tahun itu (berusaha keras supaya ga lebih..) yang sepertinya alamatnya cuma bisa dijangkau sama google earth itu, -Pergi ke Rumah Nenek- selalu jadi judul yang menghiasi karangan semua teman sekelas saya. Baik bintang kelas atau pungguk yang merindukan bintang seperti saya (eh bulan harusnya ya?)

Benar-benar baru-baru ini saya mulai mempertanyakan sistem pendidikan nasional (dalam bidang mengarang aja, kalau yang lain saya bingung.Apalagi yang berhubungan dengan kurikulum yang berbasis kompetensi atau kurikulum yang berbasis potensi). Karena saya termasuk korbannya. Waktu itu dasar culun, saya nurut nurut aja. Tapi memang tugas ini sangat memberatkan. Saya ini sudah tinggal sama nenek saya sejak lahir. Lah saya mesti nulis apa lagi?. Tinggal jalan kaki 10 meter dari sekolah, sampailah saya ke rumah nenek, a.k.a rumah saya sendiri. Mau ngarang-ngarang kaya apa juga susah.

"Pembatasan imajinasi" kata batin saya sekarang. Iya dong harusnya kan semua anak berbeda. Masalahnya berbeda, yang disukai beda, seengga engga nya kalau tanpa batasan judul, karya mengarang anak anak akan jauh lebih bervariasi.

Setelah saya ingat-ingat lagi, ada suatu waktu Bapak Guru saya bertitah "Nah anak-anaaak sekarang tugas mengarangnya, mengarang bebas!" "Assiiik" kata teman-teman saya. Pulang dari sekolah (setelah melakukan aktifitas main yang jadi prioritas utama) mulailah saya mengerjakan PR mengarang bebas tadi.

Dan besoknya saya kembali ke sekolah (kaya buku KIKY) dengan tugas mengarang saya, yang dengan bangga saya beri judul -Pergi ke Rumah Nenek- . Walaaah memang terbatas imajinasi saya ini, bahkan ternyata bertahan sampai sekarang ketika mulai menulis ini dengan -Pada suatu hari-

Selasa, 26 Februari 2008

Warung Angkring dengan Menu Nasi Kucing


Dulu sekali saat saya belum pernah mencicipnya, bagi saya warung ini mencurigakan. Beratap terpal, dengan gerobak plus kursi memanjang, dan punya 3 ceret (teko)(makanya sering disebut warung tiga ceret). Lokasinya yang seringkali di pojokan jalan jalan dan pasti remang remang membuat saya semakin bingung dengan eksistensi serta niat warung ini. Bukan karena apa apa, sepertinya orang-orang yang datang kesitu sudah seperti konsumen terbatas yang saling mengenal satu sama lain, dan menutup diri bagi orang asing.(padahal bukanya berjarak tidak lebih dari 100 m dari rumah saya)

Saya lupa kapan tepatnya mencoba warung model seperti ini, yang saya yakin sekarang jumlahnya sudah ratusan di seantero jogja. Dalam radius 500 m dari rumah saya, ada sekitar 5 warung seperti ini. Lebih banyak dari jumlah sepeda yang ada di jalan, padahal jogja sering dijuluki kota sepeda. Kota angkringan sepertinya lebih tepat saat ini. Yang kemudian saya tahu adalah, saya sudah menjadi pelanggan loyal angkringan (lebih loyal dibanding sama kuliah saya waktu itu). Jangan berharap menu menu istimewa, cuma ada nasi kucing (karena terlalu sedikit, plus lauk teri yang besarnya tidak pernah lebih dari 5 cm atau kering tempe menguatkan kesan bahwa nasi ini seharusnya adalah hidangan buat kucing). Beberapa macam gorengan, krupuk krupukan dan beberapa varian camilan yang saya yakin tidak direkomendasikan oleh Depkes atau BP POM. Sesuai dengan harganya memang. 500 rupiah untuk satu bungkus nasi, 500 untuk es teh manis dan 200 untuk goreng gorengan (boleh ngutang lagi). Sekali makan tidak lebih dari biaya parkir 2 jam di senci yang 4000 rupiah itu. Padahal saya diangkringan bisa berjam jam plus nginep kalau mau.

Ratusan jam dalam hidup saya sepertinya menguap di angkringan. Sejak awal awal kuliah saya sudah terbiasa untuk hidup dan bernafas di angkringan. Mulai dari nunggu rapat di kampus atau nunggu temen siap di kosannya, angkringan lah yang jadi tempat persinggahan sementara yang menyenangkan. Setiap dari manapun entah itu dari dugem, ngapel atau manapun selalu berakhir di angkringan. Bahkan ketika sehabis dari alun-alun selatan, liat orang pacaran, menyeruput ronde plus makan jagung bakar, yang notabene berarti nongkrong, masih ditutup dengan nongkrong lagi di angkringan.


Beberapa waktu lalu, waktu berangkat ke resepsi pernikahan teman kantor, tiba tiba teman saya bilang " Nis tar malem kuajak ke angkringan yuukk" . " Haaa" terkaget kaget saya, "emang ada?". "Ada!! banyak malah" teman saya menyahut. Duh langsung terbayang lah menu angkringan yang sudah lama sekali tidak saya cicip. Alhasil ketika resepsi saya mengontrol makan supaya tidak terlalu kenyang (sungguh!)

Dari resepsi di Cililitan, saya langsung meluncur ke arteri Pondok Indah. Pengorbananan luar biasa hanya untuk makan di angkringan. (Saya biasa jalan kaki dan jaraknya tidak sampai 200m. Sambil setengah merem pun bisa sampai). Disambut gegap gempita pakai bahasa jawa sama yang jual membuat saya merasa dirumah. Bersosialisasi sebentar (ciee) langsung mulai makan. Ngobrol sambil ngemil ber ha ha hi hi trus bayar. "Udah mas" kata saya. "Aku makan nasi dua gorengan ini itu sama minum esteh manis 2. Berapa mas?"
"25.500 mas" yang jual menyahut. "Walah..." batin saya lah ko mahalnya lebih dari uang makan saya sehari. Ga papa lah kata batin saya. Karena saya baru sadar bahwa ternyata bukan selalu makanannya yang dicari. Setidaknya saya bisa duduk dan mengingat Budi, Hasta dan Nicko teman yang dahulu sama-sama rela menguapkan sebagian hidupnya bersama saya diangkringan. Sukses buat kalian, teman..

Selasa, 29 Januari 2008

ps2

Disaat orang orang sibuk dengan x box, nintendo wii, tau ps3 nya, saya malah baru baru aja susah payah ngumplin uang buat beli ps2 (jangan ketawa,cuman selisih satu angka ko sama ps3). Sejatinya niat perburuan ps ini memang untuk membunuh waktu liburan akhir tahun kemarin. Tapi kemudian di hari hari akhir tahun itu ternyata kantor kekurangan ob kayanya, jadi ya terpaksa harus masuk. Alhasil ps itu harus mengalah. Ga mungkin bawa ps ke kantor kan?(bukan profesional, tvnya ga ada). Garansi seminggu dari penjualnya sepertinya ga terlalu berpegaruh (dimainkan saja enggak).

Dasar bukan gamers, ketika saya punya cukup waktu buat bergumul sama ps saya, ternyata semuanya tidak seindah yang dibayangkan. Diluar urusan grafis yang jauh dibawah komputer saya yang mencukupi persyaratan buat masuk museum kebudayaan prasejarah yang diawetkan itu, ternyata game game yang saya beli, susah untuk dimainkan.
Saya hanya bisa menyelesaikan 2 game ("batman begin" dengan level easy dan james bond "everythin or nothing" dengan level super easy) dari lebih dari 30 game yang ada.Lupakan "Tomb Raider Anniversary", saya sudah ada di level yang sama sejak 30 kali game over yang lalu dan tidak beranjak maju.

Berbagi sama teman kantor saya pun sudah saya lakukan. Jadi intenslah saya dan teman saya itu untuk ngomongin game game. Heboh ngomongnya aja sih, karena saya termasuk yang ga bisa main game, sementara teman saya termasuk yang ga jago. Kalau orang orang lain bisa berbagi tips dan trik, kami berdua berbagi keluh kesah.

Masih ingat benar ketika SD dulu saya hanya berkutat di game "Contra". Game tembak tembakan yang sederhana itu saja sepertinya menyita waktu saya berbulan bulan untuk menyelesaikannya (lebih seneng main layangan). Atau kalau tidak game game kecil yang bahkan ga jelas bentuk karakternya itu. Mulai dari pinguin (baca: mungkin pinguin) atau motocross yang pembalapnya kegedean helm itu (Yang keliatan cuma helm sama ban motornya). Perubahan besar di teknologi grafis yang makin rumit sayangnya (menurut saya) berbanding lurus terhadap kerumitan sebuah cerita game. Saya benar benar pingin game sederhana dengan grafis yang sekarang (a.k.a model game yang Pokoknya-hajar-aja-mati-musuhnya. Ada yang punya referensi?).

Sudah lebih dari 2 minggu yang lalu ketika terakhir saya memainkan ps di rumah, puyeng. Masa main game sama masalah hidup ko sama sama ga selesai selesai :)

dari tahun ke tahun ini

Saya tidak pernah menganggap ulang tahun adalah hal yang istimewa. Pada tanggal ini sekian tahun yang lalu saya lahir. terus?sehari setelahnya, pada tanggal ini sekian tahun yang lalu saya berumur satu hari. Hanya sebuah hitung menghitung( dimana sejak sd saya lemah sekali). Sebuah momen biasa saja yang sering terlewat begitu saja dalam hidup saya. Bahkan saya tidak pernah merasa iri ketika ulang tahun adik saya selalu dirayakan dengan pesta. Tapi ternyata hari ini, saya tertawa ketika mencoba mengingat momen ulang tahun saya yang tidak seberapa itu. Hanya sedikit yang saya ingat atau sepertinya memang hanya sedikit yang saya punya.

5/6 tahun (saya lupa) : Mengundang semua teman teman saya untuk dateng ke rumah merayakan ulang tahun saya. Semua tampak sempurna sampai saya baru dikasih tahu kalau megundang semua teman saya itu (yang tentu saja bersama bawaan mereka yang bernama orang tua), ibu saya harus tau lebih dulu. Tidak ada persiapan apapun di rumah (lupakan balon atau topi ulang tahun, makanan pun tidak) tapi saya merasa tidak berdosa.

16 tahun : Menuju bebeng.(ulang tahun atau tidak saya sering sekali kesini.Suatu daerah di kaliurang,di bawah gunung merapi, berupa bukit dan ngarai sungai yang kering) Di tengah malam bersama banyak teman dan gagal memasak apapun disana (semua ayam yang kita bawa dimasak setengah hati dan berhasil setengah matang, tapi dimakan habis tidak setengah setengah, barbar sekali)

17 tahun : Dosa saya terbesar dalam hal ulang tahun ini adalah, bahkan saya tidak ingat berada dimana ketika saya berumur tepat 17 tahun.

20 tahun : Dipaksa rapat di hall kampus malam malam (setelah ada acara kampus), dengan isi acara, mandi air teh manis dengan tambahan beberapa rempah macam tepung adonan yang diracik lebih dari 20 orang.

21 dan beberapa tahun acak lainnya: berdua bersama pacar saya (keluarga saya sering lupa)

22 tahun :Karena sering ngomong sendiri di radio,dan sering bikin iklan clubnya, saya disponsori pallmall (kemana perginya rokok ini ya?) untuk merayakan ulang tahun di sebuah club (sungguh saya tidak se ngetop itu). Saya menentukan sendiri temanya, isi acaranya, undangannya(banyak sekali sampai saya titipkan ke siapapun) dan dressodenya.Hasilnya? meriah sekali!! meriah dengan orang-orang yang tidak saya kenal.

27 tahun : Bersama semua teman kantor makan siang di bulungan, untuk merayakan ulang tahun teman saya, yang tanggal lahirnya sama (saya ikut bahagia)

28 tahun : menulis dan mengucap dalam hati "doakan saya ya teman.."